Minggu, 30 Januari 2011

SIFAT-SIFAT PEREAKSI

Berdasarkan fungsinya suatu zat sebagai pereaksi mungkin bersifat sensitive, selektif, spesifik atau mungkin bersifat ganda. Umumnya pereaksi spesifik juga mempunyai sifat sensitive, tetapi tidak demikian sebaliknya.

  • Pereaksi Sensitif

    Pereaksi sensitif ialah pereaksi yang peka terhadap suatu analit. Sensitivitas dipengaruhi oleh reaktifitas zat, kemurnia dan zat lain yang dapat mendorong timbulnya reaktifitas, system pelarutan, cara mereaksikan dan komposisi pereaksi.

    Pengertian sensitivitas suatu pereaksi sampai saat ini belum jelas, dalm kimia analitik mengenai sensitivitas analisis adalah; Besarnya resspon tiap satuan konsentrasi analit.

    Secara matematis ditulis,


     

    S = Sensitifitas

    R = Respon

    C = Konsentrasi analit


     

    Semakin besar perubahan respon dari suatu konsentrasi, akan menyebabkan sensitifitas semakin besar. Apabila sensitivitas (kepekaan) suatu pereaksi mengacu pada pengertian sensitivitas dalam kimia analitik, sensitivitas pereaksi adalah besarnya respon akibat sejumlah analit yang bereaksi dengan pereaksi. Jadi pereaksi yang bereaksi dengan sejumlah kecil analit menimbulkan respon relative besar, maka pereaksi tersebut mempunyai sensitifitas tinggi.

    Pada reaksi analisis kualitatif (identifikasi) konvensional, ditambahkan pereaksi kedalam sejumlah volume sampel yang mengandung analit dan terjadi perubahan yang dapat diamati secara visual.


     

  • Pereaksi Selektif

    Pereaksi selektif adalah pereaksi khas (karakteristik) bereksi dengan beberapa jenis zat. Misalnya, suatu sampel mengandung beberapa kation Hg2+, Hg+, Ba2+, Pb2+, Ag+, dan Zn2+ ditambahkan larutan NaCl, terbentuk endapan berwarna putih dari Hg2Cl2, PbCl2 dan AgCl. Kation-kation lainnya Hg+, Ba2+, dan Zn2+ dengan NaCl tidak mengendap, dalam hal ini larutan NaCl adalah pereaksi selektif untuk Ag+, Pb2+ dan Hg+.


     


     

    Reaksi :

    Hg2+Ag+                    AgCl            HgCl2

    Hg+Zn2+    +     NaCl            PbCl2        +    ZnCl2

    Ba2+Pb2+                    Hg2Cl2            BaCl2


     

    Selektifitas dapat diubah atau dapt ditingkatkan menjadi lebih selektif dengan menambahkan pereaksi selektif lainnya. Contoh, suatu sampel mengandung anion-anion NO3-, CO32-, PO43-, SO42- ditambah larutan CaCl2 terbentuk endapan berwarna putih dari CaCO3, Ca3(PO4)2 dan CaSO4. Larutan CaCl2 adalah pereaksi selektif bagi CO32-, PO43-, SO42-, jika pada endapan tersebut ditambah larutan HNO3, maka CaCO3 akan larut disertai terjadinya gas CO2. Endapan Ca3(PO4)2 dan CaSO4 tidak larut setela penambahan asam. Dalam hal ini larutan HNO3 berfungsi sebagai pereaksi yang meningkatkan selektifitas didasarkan pada: pembentukan senyawa yang tidak larut, pengaturan pH dan pembentukan senyawa kompleks.


     

    Tabel Pereaksi Selektif


     

No. 

Pereaksi 

Selektifitas terhadap 

Metode 

 

Kuantitatif 

  

1

AgNO3

Cl-, Br-, I-

Argentometri

2

Benedict

Gula reduksi

Iodometri

3

Na2 EDTA

Ion-ion logam

Kompleksometri

4 

Buffer pH 10

Ca2+, Mg2+, Hg2+, Zn2+

Kompleksometri

 

Kualitatif

  

5 

HCl

Ag+, Pb2+, Hg+

Pengendapan

6 

H2SO4

Ca2+, Ba2+, Sr2+, Pb2+

Pengendapan

7 

Logam Cu

Ag+, Hg2+

Elektrokimia

8 

Difenilamin

Oksidator

Pembentukan Warna

9 

Fehling

Reduktor

Pengendapan

10

Ag amoniak

Gugus aldehid

Cermin perak

11 

Logam Na

Alkohol primer

Pembentukan gas

12 

Legal-Rotera

Gugus keton

Pembentukan warna

13 

Marquis

Fenol

Pembentukan warna

14 

p-DAB HCl

Amina Aromatik primer

Pembentukan warna

15 

(NH4)2 Hg(SCN)4

Cu2+, Cd2+, Co2+, Zn2+

Pembentukan kristal


 

  • Pereaksi Spesifik

    Dalam suatu sampel terkandung analit dan zat lain (matrik). Zat lain tersebut dapat bereaksi atau mengganggu jalannya reaksi. Jika diharapkan suatu pereksi dapt bereaksi hanya dengan satu analit saja, maka harus diupayakan agar zat-zat lain tidak bereaksi dan tidak menggangu reaksi. Pereaksi tersebut harus peka terhadap analit, sehingga pereaksi hanya bereaksi dengan satu analit disertai respon yang khas. Pereaksi demikian disebut pereaksi spesifik.

    Agar peraksi bersifat spesifik, pereaksi harus pula mempunyai sifat sensitive dan selektif. Dengan demikian komposisi pereaksi spesifik merupakan gabungan zat-zat kimia yang mudah bereaksi, dapat menseleksi analit dan dapt mencegah zat lain sebagai matrik agar tidak ikut bereaksi.

Tabel Pereksi Spesifik

No. 

Pereaksi 

Spesifik terhadap 

Respon Spesifik 

1

Pereaksi Oksigen (MnCl2 – NaOH)

O2

Endapan coklat

2

Nessler

NH4+

Endapan coklat

3

K2CrO4

Ag+

Endapan merah bata

4

Zn-Uranilasetat

Na+

Kristal diamond

5

Tripenilnitrit

K+

Kristal hitam

6

KI

Hg2+

Endapan jingga

7

KHSO4

CH3COO-

Bau cuka

8

Kurkumin

BO33-

Endapan merah

9

Dimetilglioksin

Ni2+

Endapan merah

10

KSCN

Fe3+

Warna merah darah

11

Mg-Mixtura

PO43-

Endapan putih

12

Aluminon

Al3+

Fluoresensi hijau

13

Rhodamin B

Sb3+

Warna violet

14

Pereaksi Nitrit

NO2-

Warna merah


 


 

Kesimpulan

Berdasarkan fungsinya suatu zat sebagai pereaksi mungkin bersifat sensitive, selektif, spesifik atau mungkin bersifat ganda. Umumnya pereaksi spesifik juga mempunyai sifat sensitive, tetapi tidak demikian sebaliknya.


 

Daftar Pustaka

Tanuwidjaja, Suryatmana, "Reagensia Pereaksi", Bandung, 2010.

Kamis, 02 Desember 2010

Elektrokimia

Elektrokimia adalah ilmu yang mengkaji sifat dab reaksi kimia yang melibatkan ion dalam larutan, termasuk reaksi redoks dan elektrolisis
  1. Perkembangan Konsep Reaksi Redoks
    Reaksi Redoks berasal dari kata "reaksi redoks dan oksidasi". Berdasarkan perpindahan elektron, reaksi oksidasi adalah reaksi pelepasan elektron, sedangkan reaksi reduksi adalah reaksi penerimaan elektron. Berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, reaksi oksidasi terjadi jika bilangan oksidasi suatu unsur bertambah sedangkan reaksi reduksi terjadi jika bilangan oksidasi suatu unsur berkurang. Bilangan oksidasi suatu unsur digunakan untuk memudahkan penghitungan perpindahan elektron, baik pada senyawa ion maupun kovalen.
    Bilangan oksidasi suatu unsur adalah bilangan bulat yang digunakan untuk menghitung perpindahan elektron dari atom, ion, atau molekul ke atom, ion, atau molekul yang lain.

     
  2. Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks
    Penyetaraan persamaan reksi redoks dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi (ion elektron).
    1. Cara perubahan bilangan oksidasi
      Penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan cara perubahan bilangan oksidasi digunakan untuk larutan atau bukan larutan. Prinsip dasarnya ialah jumlah bilangan oksidasi pada reaksi oksidasi sama dengan jumlah bilangan oksidasi pada reaksi reduksi. Tahap-tahapnya sebagai berikut.
      Tahap 1     Biloks masing-masing unsur ditentukan. 
      Tahap 2     Unsur yang mengalami perubahan biloks disetarakan jumlahnya dan jumlah perubahan biloks unsur dihitung. 
      Tahap 3 Jumlah perubahan biloks disamakan dengan mengalikan koefisien yang sesuai. 
      Tahap 4     Jumlah muatan di ruas kiri dan kanan ditentukan.
      Tahap 5     Muatan disetarakan dengan cara sebagai berikut.
      1. Ion H+ ditambahkan pada ruas yang kekurangan muatan positif jika reaksi dalam larutan suasana suasana asam.
      2. Ion OH¯ ditambahkan pada ruas yang kekurangan muatan negatif jika reaksi dalam larutan suasana basa.
      Tahap 6     Atom H disetarakan dengan menambahkan moleluk H2O
      1. Cara setengah reaksi (ion elektron)
      Penyetaraan dengan cara setengah reaksi (ion elektron) merupakan persamaan reaksi redoks yang digunakan untuk larutan. Penyetaraan dengan cara ini digunakan apabila suasana reaksi telah diketahui. Penyetaraan setengah reaksi dilakukan dengan menghitung elektron yang diterima atau dilepaskan dan menyamakan jumlah elektronnya. Tahap-tahapnya sebagai berikut.
      Tahap 1     Setengah reaksi reduksi dan oksidasi untuk kedua zat yang bereaksi ditulis. 
      Tahap 2     Unsur yang mengalami perubahan biloks disetarakan. 
      Tahap 3     Molekul H2O ditambahkan pada ruas yang kekurangan atom O Tahap 4 Atom H pada ruas yang kekurangan atom H disetarakan dengan menmbahkan ion H+ (suasana asam) atau ion OH- (suasana basa). 
      Tahap 5     Muatan disetarakan dengan menambahkan elektron 
      Tahap 6     Jumlah elektron yang diterima dan yang dilepaskan disamakan, kemudian dijumlahkan.

       
  3. Sel Elektrokimia
    1. Sel Galvani atau sel Volta
  • Sel yang digunakan untuk mengubah energi kimia menjadi energi listrik
  • Dalam sel ini berlangsung reaksi redoks dimana katoda (kutub positif) dan tempat terjadinya reduksi, sedangkan anoda (kutub negatif) dan tempat terjadinya oksidasi
    Notasi penulisan Sel Volta:    
M ǀ MA+ ǀǀ LB+ ǀ L
   Anoda       Katoda

M         : Logam yang mengalami oksidasi
MA+     : Logam hasil oksidasi dengan kenaikan bilangan oksidasi=A
L     : logam hasil reduksi
LB+     : Logam yang mengalami reduksi dengan penurunan bilangan oksidasi=B
Potensial Elektroda (E)
Potensial listrik yang muncul dari suatu elektroda dan terjadi apabila elektroda ini dalam keadaan setimbang dengan larutan ion-ionnya. Atau menunjukkan beda potensial antara elektroda logam dengan elektroda hidrogen yang mempunyai potensial elektroda = 0 volt.
Bila diukur pada 25˚C, 1 atm:
Potensial Elektroda = Potensial Elektroda Standar(E˚)

 
E˚sel = E˚reduksi-E˚oksidasi
 Potensial Sel = E˚sel dirumuskan sebagai:
Reaksi dikatakan spontan bila nilai E˚sel = POSITIF
  1. Sel Elektrolisis
  • Sel yang digunakan untuk mengubah energi listrik menjadi energi kimia
  • Dalam sel ini berlangsung reaksi redoks dimana katoda (kutub negatif) dan tempat terjadinya reduksi, sedangkan anoda (kutub positif) dan tempat terjadinya oksidasi.
  1. Elektrolisis Leburan (Lelehan)
    Apabila suatu lelehan dialiri listrik maka di katoda terjadi reduksi kation dan di anoda terjadi oksidasi anion
  2. Elektrolisis Larutan
    Bila larutan dialiri arus listrik maka berlaku ketentuan sebagai berikut:
    Reaksi di KATODA (elektroda -)
  • Bila kation logam-logam golongan I A, golongan II A, Al, dan Mn, maka yang tereduksi adalah air (H2O):
2H2O (l) + 2e H2 (g) + 2 OH- (aq)
  • Bila kation H+ maka akan tereduksi:
2H+ (aq) + 2e H2 (g)
  • Bila kation logam lain selain tersebut diatas, maka logam tersebut akan tereduksi:
Lm+(aq) + me L (s)

 
Reaksi di ANODA (elektroda +)
Anoda Inert (tidak reaktif seperti Pt, Au, C)
  • Bila anion sisa asam atau garam oksi seperti SO42-, NO3, dll, maka yang teroksidasi adalah air (H2O):
2H2O (l) O2 (g) + 4 H+ (aq) + 4e
  • Bila anion OH- maka akan teroksidasi:
4OH- (aq) O2 (g) + 2 H2O (l) + 4e
  • Bila anion golongan VII A (Halida) maka akan teroksidasi:
2 F (aq) F2 (g) + 2e
2 Br- (aq) Br2 (g) + 2e

 
2 Cl- (aq) Cl2 (g) + 2e

  1. l- (aq) I2 (g) + 2e

 
  1. Hukum Faraday
    Hukum Faraday 1: massa zat yang dibebaskan pada reaksi elektrolisis sebanding dengan jumlah arus listrik dikalikan dengan waktu elektrolisis
    Hukum Faraday 2: massa zat yang dibebaskan pada reaksi elektrolisis sebanding dengan massa ekivalen zat tersebut
    Massa ekivalen = me = massa atom relative
    perubahan bil-oks

     

     
    Dari hukum Faraday 1 dan Faraday 2 didapatkan rumus:

     
    i = kuat arus
    t= waktu
    me = massa ekivalen zat

     

     
    Kesimpulan
    Elektrokimia adalah ilmu yang mengkaji sifat dan reaksi kimia yang melibatkan ion dalam larutan, termasuk reaksi redoks dan elektrolisis. Reaksi redoks merupakan salah satu jenis reaksi kimia yang persamaan reaksinya harus setara. Reaksi redoks dapat disetarakan dengan cara perubahan bilangan oksidasi dan setengah reaksi.
    Reaksi redoks dapat berlangsung secara spontan dan tidak spontan. Dengan menggunakan sel Volta dan sel Galvani, reaksi redoks spontan dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik. Ternyata reaksi redoks tidak spontan dapat berlangsung dengan bantuan arus listrik. Reaksi kimia yang terjadi karena diberi arus listrik mealui elektrolit atau lelehan senyawa ion disebut elektrolisis. Reaksi elektrolisis dapat dipengaruhi oleh konsentrasi larutan elektrolit, jenis larutan elektrolit, dan sifat elektroda.
    Michael Faraday menyatakan dua hukum yang berkaitan dengan elektrolisis. Elektrolisis berguna dalam proses penyepuhan dan pemurnian logam. Proses korosi dapat dicegah dengan memanfaatkan pengetahuan tentang potensial sel dan reaksi redoks.

     

     

     
    Daftar Pustaka
    Suharsini, Maria dkk. 2007. Kimia dan Kecakapan Hidup. Jakarta: Ganeca Exact.
    Tim Penulis Kimia. 2003. Kimia SMU Kelas 3. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
    S. T. Krisbiyantoro, Adi. 2008. Panduan Kimia Praktis SMA. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

     

Rabu, 01 Desember 2010

Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007.

Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007. Hanya sekedar mencoba posting dari Microsoft Word 2007.